DICTATION METHOD

Senin, 30 Juni 2014


Dictation has been used in language learning for several hundred years, and methodologists have often made pedagogical claims for its value. Davis and Rinvolucri (1988) write that "Decoding the sounds of English and recoding them in writing is a major learning task", and Frodesen (1991) writes that dictation can be "an effective way to address grammatical errors in writing that may be the result of erroneous aural perception of English.... Dictation can help students to diagnose and correct these kinds of errors as well as others". Montalvan (1990) writes that "as students develop their aural comprehension of meaning and also of the relationship among segments of language, they are learning grammar."
Despite claims such as these from respected methodologists, dictation is not widely used in ESL programs. Likewise, it has long been ignored in most teacher-training programs. The purpose of this paper is to re-introduce dictation as a valuable language learning device and to suggest ways for using it in an effective and interesting manner. Moreover Dictation is seen by many teachers as somewhat old-fashioned, a relic of the grammar-translation method that dominated language teaching until the last couple of decades of the 20th century. For many people it brings back unhappy memories of dull, uncommunicative and often difficult lessons, where the focus was fairly and squarely on accuracy of language.

Makalah Filsafat Ilmu Perkembangan Ilmu Pada Masa Yunani Kuno

Senin, 02 Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang ,sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai ,sehingga mereka dapat menguasi jalur perdagangan di laut tengah.
Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
           Kepecayaan, yang bersifat formalitas [natural religion] tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh Homerus’’dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus.Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif.sedemikian bersar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
        Pada abad ke 6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaan bersifat rasional[cultural religion] menimbulkan pergeseran.Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia.Sistim kepercayaan yang natural religious berubah menjadi sistim cultural religious.
       Dalam sistim kepercayaan natural religious ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistim kepercayaan kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri kehidupan/alam dengan akal pikiran.